Seminar 2D Animation: Hybrid Technique in Iran
Salah satu Dekan Universitas Multimedia Nusantara (Ultima), yaitu M.S. Gumelar, dari Fakultas Seni & Desain telah memberikan seminar dari hasil penelitiannya yaitu 2D Animation: Hybrid Technique di ajang seminar dan pameran internasional yaitu: 6th International Digital Media Exhibition di Iran.
Acara ini berlangsung selama sekitar 10 hari untuk ajang internasional, berlangsung 5-15 Oktober 2012, dan beberapa hari tambahan untuk ajang lokal di Iran sendiri. Dalam acara tersebut, tidak hanya M.S. Gumelar yang diundang secara resmi oleh Pemerintah Iran, tetapi juga Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyakarat (LPPM) Ultima, yaitu Dr. P.M. Winarno, lalu Edwin Sutiono, kemudian Djohan Setiawan, Ainaki yang diwakili oleh Deddy Syamsudin, dan artist legendaris penemu style baru yang khas dari negara kita tercinta Indonesia yaitu Wedha Abdul Rasjid dengan Wedha's Stylenya atau lebih sering disebut dengan nama Wedha's Pop Art Portrait (WPAP.)
Gumelar dalam seminarnya menjelaskan bahwa membuat animasi 2D tidaklah semahal di masa lalu yaitu saat masih menggunakan camera dengan media rekam celuloid, atau mewarna dengan cara trasisional yang menghabiskan banyak cat. Dengan cara terobosan yang sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu sebelum bukunya terbit dengan judul Memproduksi Animasi TV solusi Murah dan Cepat, dan beberapa tahun kemudian dengan versi ebook-nya.
2DAnimation: Hybrid Technique ini juga sudah masuk dalam jurnal internasional, dan juga buku yang terbaru dengan judul 2D Animation: Hybrid Technique - Book A. Sehingga dalam seminar di Iran ini, Gumelar menjelaskan secara tuntas dan lugas bahwa membuat animasi 2D dapat dilakukan dengan cara menggabungkan teknik tradisional dengan digital.
Disisi lainnya, Gumelar menjelaskan, membuat animasi apapun, baik itu animasi format 2D ataupun format 3D, tetap menggunakan Laws of Motion atau Fisika, dan juga bila animasinya realis, maka menggunakan anatomy tubuh secara biology, serta kesesuaian gerak mulut dengan suara, yaitu lip sync yang pas, yang berhubungan dengan timing.
Gumelar juga menjelaskan, bahwa animasi cenderung ke tiga hal tersebut, yaitu kealamian gerak karena mengerti hukum fisika, lalu anatomy atau fisiologi secara biology dan lip syc-nya. Namun bila berbicara mengenai karakter dan cerita, maka bukankah sudah seharusnya menarik dan unik? Dan itu termasuk dalam membuat Story Design yang bagus, sebab animasi hanya menjembatani storyline yang di dalamnya sudah ada character yang bagus pula.
Saat ditanya, kenapa seminar di Iran? Jawaban Gumelar sederhana, karena diundang dan dibiayai oleh pemerintah Iran, sehingga ada kebanggan tersendiri saat sudah datang di sana. Gumelar menambahkan bahwa suasana di Iran sangat bagus, ada pepohonan di tepi-tepi jalannya, gedungnya megah-megah mirip dengan minimalist style untuk rumah modern dikarenakan di area padang pasir.
Tetapi uniknya suasana padang pasir sudah tidak ada saat di Tehran, Ibukota Iran, semuanya gedung dan rumah megah serta banyak mobil berlalu-lalang, bayangan tengah padang pasir dan ontanya sirna sudah. Teknologi juga sudah modern, saat pameran 6th International Digital Media Exhibition di Iran berlangsung ada penerapan Motion Capture (mocap), ada display games dan animasi buatan teman-teman di Iran yang canggih dengan menggunakan 2D dan 3D format, ada 3D TV tanpa menggunakan kacamata sehingga dapat langsung dilihat, dan masih banyak teknologi up to date lainnya.
Masyarakatnya juga ramah-ramah, suka menyapa orang asing. Jalan dan gedung-gedung sangat rapi, tidak ada sampah yang berserakan. Suasananya berbeda jauh dari bayangan sebelumnya yang sering diberitakan di internet, TV dan media cetak pada umumnya. Sehingga bila diundang lagi maka Gumelar akan sangat gembira untuk memenuhi undangan tersebut. (G).
Comments