PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA SEKABUPATEN TANGERANG & PENGEMBANGAN MERK, LOGO, PRODUK & KEMASAN PRODUK




Para Pemuda yang telah berwira usaha ataupun yang tertarik untuk menjadi pengusaha  pada tanggal 17 Juli 2012  berkumpul di Student Lounge Universitas Multimedia Nusantara (ULTIMA) dalam rangka mengikuti pelatihan seminar & Workshop "Kewirausahaan Pemuda Sekabupaten Tangerang & Pengembangan Merk, Logo, Produk & Kemasan Produk".


Sebagai pembicara dalam seminar & Workshop ini adalah Dekan Fakultas Seni & Desain - Universitas Multimedia Nusantara yaitu Bapak M.S. Gumelar, beliau memberikan penjelasan mengapa seseorang menjadi pengusaha dan akhirnya bagaimana mempertahankan perusahaan tersebut selama mungkin. 


Dalam mempertahankan perusahaan selama mungkin inilah dibahas lebih detil bagaimana membuat perusahaan yang telah memiliki merk, logo, produk dan kemasannya dapat menjadi ujung tombak selain marketing dan promosi.

Dalam membahas Logo, Gumelar mengatakan bahwa ada banyak teori yang melenceng yang beredar di dunia perlogoan, yaitu adanya logo yang mudah dikenali atau dalam bahasa lainnya familiar, bila ada logo yang familiar sejak pertama kali dibuat, berarti logo tersebut ada kemungkinan memang pernah dilihat dan otomatis menjadi tidak unik atau tidak berbeda, sehingga ada kemiripian dengan logo lainnya, jangan pernah menggunakan logo seperti ini.


Juga bila logo terlalu mengikuti trend, maka suatu logo juga bisa salah arah, karena bila cenderung mengikuti trend akan membuat banyak logo yang juga semakin mirip satu dengan lainnya, sehingga malah susah untuk dihafal karena kemiripannya, paling penting adalah dengan membuat logo yang unik yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan ataupun tujuan dari suatu produk, bila logo tersebut sebagai logo produk.


Dari segi desain, Gumelar mengatakan, desain logo sebenarnya ada 5 style, yaitu 1. Simplicity, dimana logo cenderung simple 2. Complexity, yaitu logo cenderung kompleks dalam desainnya, 3. Ethnic, dimana cenderung mengusung ciri khas budaya local 4. Futuristic, dimana desain cenderung mengarah ke gaya-gaya relatif masa depan dan 5. Fine Art, dimana gaya ini cenderung mengutamakan sense of art dalam desainnya.


Dalam segi warna, logo biasanya terdiri dari 1. Monotone, dimana warna cenderung menggunakan satu warna 2. Duotone, dimana menggunakan cenderung 2 warna dan 3. Colorful, dimana menggunakan lebih dari 2 warna.


Sedangkan dalam membahas kemasan produk, Gumelar juga mengatakan adanya salah pengertian terhadap kemasan yang creative, sebab creative packaging bila malah membuat budget kemasan meningkat juga akan membuat buruk cash out flow perusahaan.


Mengapa adanya salah pengertian? Gumelar memberikan contoh, bahwa dengan membuat kemasan produk seunik mungkin agar dapat digunakan ulang untuk keperluan lain (reuseable), tidak perlu sampai mengubah bentuk form (bentuk 3D) kemasan, karena biaya molding karena berbeda justru akan membuat budget menjadi lebih besar, namun tentu saja bila perusahaannya sudah maju pesat dan banyak keuntungan, hal ini dapat dilakukan.


Dan juga dengan adanya suatu bahan kemasan yang bertujuan protektif terhadap suatu produk, kemasannya dapat didaur ulang (recyclable) maka diperlukan bahan yang ramah lingkungan, misalnya sudah tidak lagi menggunakan bahan kertas karena otomatis membuat penebangan pohon akan semakin banyak, yang berdampak buruk pada lingkungan. tetapi dengan menggunakan plastik juga merupakan pilihan yang buruk, ada baiknya penggunaan plastik dikurangi dengan menggunakan bahan yang dapat hancur tetapi tidak juga menebang pohon, misalnya menggunakan kemasan berbahan kain yang non polyester atau temuan lain yang memungkinkan untuk digunakan tetapi ramah untuk lingkungan.


Seminar dan workshop ini berlangsung sukses dengan hadirnya banyak wirausahawan muda, calon wirausahawan, pemuda-pemuda KNPI Tangerang dan sekitar, serta Pemda Kabupataen Tangerang. Acara ini diselenggarakan atas kerja sama Pemda Tangerang dan LPPM Universitas Multimedia Nusantara yang dipimpin oleh Dr.P.M. Winarno. (G)

Comments

Popular Posts