Pengabdian Sosial: Fotografi untuk Pramuka
Dekan Fakultas Seni & Desain Universitas Multimedia Nusantara (Ultima) M.S. Gumelar bekerja sama dengan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Ultima, P.M. Winarno telah menyelenggarakan Pengabdian Sosial dalam bidang Fotografi bagi pramuka-pramuka di Bumi Perkemahan kitri Bhakti Curug - Tangerang, pada tanggal 2 November 2012
Dalam pengabdian sosial tersebut Gumelar menjelaskan bagaimana menggunakan digital SLR (single lens reflection) camera. Dimana dapat diatur Shutter Speed, yang akan mempengaruhi output-nya, dengan pembagian yang semakin besar, misalnya 1/3 dengan 1/800, maka semakin besar pembaginya, maka gerakan yang cepat akan semakin seperti ter-freeze, hal ini akan terlihat hasilnya bila memfoto obyek seperti air yang mengalir dengan deras, semakin kecil angka pembaginya, maka semakin seperti blur pada area yang bergerak tadi, bila semakin besar pembaginya, maka hasil shoot foto obyek air akan seperti es yang beku.
Kemudian tentang Focal Length atau lebih sering disebut pengatur fokus, yang berguna untuk bermain depth of field, yaitu menciptakan kedalaman sesuai kebutuhan, dimana obyek yang dibuat fokus, sisanya menjadi lebih tidak jelas atau blur.
Kemudian Aperture atau light exposure, dimana semakin besar pembaginya, maka semakin sedikit cahaya yang masuk.
ISO dimana di zaman alat photography masih menggunakan celluloid atau film, maka identik dengan ASA atau DIN untuk beberapa negara. ISO ini merupakan standart untuk kecepatan dan kepekaan film celluloid terhadap cahaya dan gerakan. Bila ASA-nya besar, maka kepekaan cahaya dan merekam gambar akan semakin bagus, misalnya ASA 400 atau ISO 400, lebih peka dan mampu menangkap cahaya dan gerakan lebih cepat daripada ASA 100, tetapi itu untuk media rekam film.
Namun sekarang zaman sudah memasuki camera digital, sehingga fungsi ISO cenderung hanya pada kepekaan cahaya rekam yang tidak lagi menggunakan celluoid atau film, tetapi menggunakan CCD, sehingga kecepatan benar-benar bergantung kuat pada shutter speed, gunakan ISO dengan bijak, bila tidak, maka akan lebih banyak grain (bintik-bintik pixel) yang muncul bila berlebihan.
Setelah tahu basic-nya, maka kemudian belajar angle & distance, angle adalah sudut pandang pengambilan obyek apapun, akan sangat menyenangkan bila bisa dari bawah (low angle), bisa dari atas (high angle), dan bila sejajar mata (eye level) ada baiknya sedikit menyamping (3/4 view) yang berguna akan foto tidak seperti datar mirip shape (bentuk 2D), sehingga kesan ilusi form atau seakan benda yang solid lebih terasa.
Namun sekarang zaman sudah memasuki camera digital, sehingga fungsi ISO cenderung hanya pada kepekaan cahaya rekam yang tidak lagi menggunakan celluoid atau film, tetapi menggunakan CCD, sehingga kecepatan benar-benar bergantung kuat pada shutter speed, gunakan ISO dengan bijak, bila tidak, maka akan lebih banyak grain (bintik-bintik pixel) yang muncul bila berlebihan.
Setelah tahu basic-nya, maka kemudian belajar angle & distance, angle adalah sudut pandang pengambilan obyek apapun, akan sangat menyenangkan bila bisa dari bawah (low angle), bisa dari atas (high angle), dan bila sejajar mata (eye level) ada baiknya sedikit menyamping (3/4 view) yang berguna akan foto tidak seperti datar mirip shape (bentuk 2D), sehingga kesan ilusi form atau seakan benda yang solid lebih terasa.
low angle
high angle
Eye level 3/4 view
Kini berbicara tentang distance, atau jarak, ada extreme close up, yaitu jarak paling dekat kepada obyek tertentu yang menjadi pusat perhatian, atau yang menjadi penekanan (emphasis).
Close up, dimana jaraknya dan obyek yang masuk dalam frame atau yang akan diabadikan dalam media foto sekitar area kepala, dari rambut sampai sekitar pundak atau dada.
Medium Shot, biasanya sekitar kepala sampai area paha kaki.
Long Shot, untuk obyek manusia dan non manusia dimana meliputi dari kaki sampai kepala, atau juga disebut sebagai establish shot untuk suatu tempat, dimana sering digunakan sebagai pengenalan suatu tempat dalam suatu adegan. Istilahnya yang digunakan mirip seperti cinematografi? Elements & principles of design-nya sama, demikian juga tekniknya sama, yang membedakan adalah bila cinema camera, merekam adegan yang bergerak, sedangkan fotografi cenderung untuk still image (diam).
Long Shot
Establish Shot
Extreme shot, ini merupakan jarak yang tidak dapat diukur secara pastinya, sebab akan berbeda sesuai kebutuhan, tetapi yang pasti, jaraknya dapat sejauh mungkin sesuai kebutuhan.
Kemudian belajar Lighting & Shading, dimana sinar yang bagus untuk fotografi seni adalah sinar yang datangnya dari samping kiri atau kanan, lalu dari bawah atau atas, hindarkan lighting dari arah depan, karena membuat obyek menjadi tidak mempunyai form yang kuat, sehingga berkesan flat atau datar mirip 2D, terkecuali untuk foto news (jurnalistik) dan majalah remaja, tetapi lighting dari belakang (backlight) dapat digunakan untuk memberikan efek dramatis, seperti dalam adegan suspense (aksi yang menegangkan).
Kemudian, dengan memahami elements & principles of design, akan sangat mempengaruhi hasil komposisi dan keindahan suatu hasil karya foto ataupun movie, dengan membaca buku Art & Design Principles berikut, maka akan bisa memahami lebih banyak dalam komposisi. (G).
Comments