Debat? Diskusi? Rencana kerja dan melakukannya

https://www.facebook.com/groups/1386170501607347/

Berdebat, wuaaah Orang Indonesia menurut penulis secara sepihak dan subjektif terdapat lebih dari 90 persen Warga Negara Indonesia sangat andal dalam melakukannya. Berdebat dengan nama keren "diskusi" bahkan diembel-embeli dengan nama ilmiah, menjadi resmi, ada "lomba debat" dan bahkan dibuat konferensinya, bahkan masuk dalam proseding ber-ISBN serta dalam jurnal-jurnal nasional bahkan internasional.

Tetapi apa yang terjadi? Negara Kita Indonesia tidak menjadi lebih baik, malah terjebak lebih dalam lagi dalam jurang yang namanya debat dengan nama keren diskusi ini. Bahkan para pelaku diskusi ini sangat andal dalam berdikusi sampai-sampai semua teknik diskusi dipelajarinya, bahkan mengerti benar apa itu dekonstruksi dalam kata-kata bahkan membuat rekonstruksi yang ada kemungkinan diklaim sebagai terobosan baru.

Di sisi lainnya ada bahkan sangat andalnya dalam berdebat sehingga "takut" dalam melakukan suatu aksi nyata sehingga terwujud dalam perbuatan. Kerja orang andal tersebut hanya menjadi seperti "penabuh gong" yang sangat bergembira sekali bila seseorang yang bekerja nyata kemudian melakukan kesalahan.

Orang "penabuh gong" tersebut akan bilang "Tuh kan benar apa yang aku katakan" sembari  menepuk dirinya lalu menginjak orang yang telah 'berbuat nyata tetapi melakukan kesalahan" tadi kepada orang yang menjadi atasannya "si pelaku aksi nyata tetapi membuat kesalahan" atau kepada orang andal yang "bahkan tidak melakukan kesalahan dan terus berhasil dan beprestasi", kemudian si "penabuh gong" ini naik pangkat tanpa berbuat apa-apa dan tetap berkomentar bahwa "dia lebih baik" dari si pelaku aksi nyata dari segi apa pun.

Para andal debat ini penulis sebut sebagai "penabuh gong" yang pandai menjilat, menghasut dan menginjak orang lain hanya dengan "kata-kata saja" tanpa aksi nyata, dan "penabuh gong" ini banyak sekali yang menempati posisi jabatan tinggi di segala lini bidang kehidupan Bangsa Indonesia sejauh ini.

Tidak heran para pejabat penting yang mengisi lini-lini atas yang penting ini menjadi "kacau" saat di atas. Sebab biasanya merekalah yang mengkritisi dengan berbekal pendidikan yang tinggi. Sehingga "para penabuh gong" ini merasa semakin tinggi pendidikannya merasa punya bekal lebih kuat lagi untuk mengkritisi, mendebat, menjilat, berkorupsi dan menipu orang lain dengan kepandaiannya. Namun saat mereka berada di posisi di atas yang memang selalu menjadi makanan empuk para "penabuh gong" lain yang memang andal berdebat, kini posisi berganti arah.

Akhirnya mereka saat di atas yang tentunya merupakan posisi yang sangat lemah bila tidak memiliki prestasi yang nyata "para penabuh gong" ini kemudian menggunakan cara yang biasanya mereka gunakan dalam mencapai posisi atas, yaitu mengumpulkan "orang bodoh, para penjilat, para penabuh gong lainnya  yang banyak" untuk menempati posisi di atas lainnya tetapi masih di bawahnya dan diadu dombalah mereka ini oleh atasan mereka yang juga "seorang penabuh gong".

Hasilnya tentu saja kacau balau. Sebab "para penabuh gong" hanya mampu memimpin satu lini saja yaitu "dia dan rakyat golongannya langsung" dan sudah pasti "para penabuh gong" ini tidak memiliki kemampuan untuk memberi "mandat" kepada pemimpin-pemimpin di tengahnya, karena para pemimpin tengahnya juga "para penabuh gong", sehingga saat diberi tugas, jawaban mereka adalah "Kamu ingin memanfaatkan aku?" Maaf, silakan kerjakan sendiri", begitulah jawaban pasti "para penabuh gong" yang ada di bawahnya yang telah diangkatnya.

Akhirnya dia merasa bahwa posisinya sangat terancam oleh orang lain yang juga merupakan para bawahannya yang juga "para penabuh gong". Suatu saat dia memiliki orang andal dan mampu bekerja nyata dengan bukti nyata, bukan pencitraan yang dilakukan oleh atasan-atasan yang merupakan "para penabuh gong" itu.

Orang andal ini memiliki rencana kerja dan si "penabuh gong" tahu dengan nama bahkan yang lebih keren yaitu "workplan" dalam waktu setahun si orang andal ini rencana kerjanya jelas, dalam satu bulan dia akan melakukan apa, dalam waktu tiga bulan dia akan melakukan apa, dalam waktu satu semester dia melakukan apa dan dalam satu tahun dia melakukan apa, sehingga dalam satu tahun ada banyak hal yang dilakukannya.

Si orang andal ini selain memiliki workplan dia juga memiliki "apa yang harus dilakukan hari ini" dengan nama keren "today to do lists" yang berisi minimal 2 hal yang harus dilakukan sebagai langkah aksi nyata harian yang sesuai dengan workplan selama sebulan, selama tiga bulan, selama enam bulan dan selama setahun.

Dengan adanya 'today to do lists dan workplan" orang andal tersebut melakukan apa yang ditulisnya, apa yang dikatakannya, apa yang direncanakannya dalam suatu perbuatan nyata (integritas). Sehingga hidupnya terarah, indah, fokus, tidak mengganggu orang-orang lainnya dan sukses dalam setiap langkahnya.

Karena orang andal tersebut mampu menjadi seorang  yang mampu menunjukkan pencapaiannya (achiever), maka diilirik oleh "si penabuh gong" atasan tadi. Sehingga lembaga "si penabuh gong" tadi sukses dan dianggap si penabuh gong tadi adalah seorang achiever juga, padahal bukan, hanya main klaim saja, begitulah ulah "penabuh gong".

Lembaga tersebut berkembang pesat, tetapi "si penabuh gong" yang telah menjadi atasan orang andal tadi merasa khawatir bahwa orang andal ini akan menjatuhkan dia, padahal orang andal ini tidak pernah mengurusi orang lain atau menyakiti orang lain dengan fitnah dan dengki.

Atasan orang andal ini kemudian membuat rencana yang pernah dilakukan oleh dia selama ini, yaitu menjadi 'seorang penabuh gong sejati". Maka "si penabuh gong" atasan ini membuat rencana busuk bagi orang andal tersebut, yaitu dengan menghasutnya dengan mengajak "para penabuh gong" lainnya yang selama ini tidak suka dengan pencapaian si orang andal tersebut.

Dengan cara memberi kesempatan kepada bawahan si orang andal ini untuk melaporkan segala jurus dan kerja si orang andal ini langsung kepada dirinya. Si penabuh gong ini berpura-pura sebagai "singa" atau "harimau" yang akan berada di depan yang akan membantu bawahan si orang andal ini untuk menjadi pimpinan menggantikan si orang andal. Sehingga si orang andal tadi akhirnya tidak dipedulikan lagi oleh si bawahan yang memiliki sifat sebagai "penabuh gong" juga.

Fitnah dan hasutan berhasil dilakukan, terjengkanglah si orang andal dengan kerja nyata yang baik tadi, masih ingat pepatah "orang bodoh, penjilat dan para penabuh gong sangat berbahaya bila jumlah mereka banyak?". Dan posisi tersebut akhirnya dipegang oleh bawahan orang andal dengan kerja nyata sebelumnya. Seorang "penabuh gong" yang telah menggantikan posisi "orang andal" yang telah keluar dari lembaga tersebut. Si penabuh gong kini di bawah "si penabuh gong" lainnya.

Proses akan terus berputar seperti itu. Seperti energi "negatif akan terus bergerak" si penabuh gong akan terus bergerak mempertahankan dominasinya secara nyata ataupun secara halus (hegemoni fitnah negatif) dengan cara memberi peluang dan harapan bagi "penabuh gong" lainnya untuk menyingkirkan orang andal di mana pun mereka berada.

Orang andal dengan kerja nyata adalah energi positif akan diam dan tetap positif untuk berprestasi. Orang andal dengan kerja nyata yang keluar akhirnya tahu bahwa "penabuh gong" yang menjadi atasannya adalah "seorang penabuh gong" yang dia pikir sebelumnya bahwa atasannya adalah seekor "singa" tetapi ternyata adalah seekor "tikus" yang menyamar.

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/78/c1/00/78c10006d892a81cb2278e8ddd011e32.jpg

Tetapi ada orang andal dengan kerja nyata yang tidak mau lagi menjadi "korban" para penabuh gong ini. Mereka akan mandiri, membantu sesama bagi orang lain yang menjadi "penabuh gong" tersebut. Para orang andal dengan kerja nyata ini sadar bahwa "dia sendirilah singa" itu, dan dia terpanggil untuk membuat perubahan.

Serikat Dosen Indonesia adalah salah satu wadah bagi "orang andal dengan kerja nyata" yang menjadi korban "para penabuh gong" ini. Kita semua adalah buruh, dan buruh dengan pendidikan tinggi ternyata menjadi lebih "patuh dan penakut" dari para buruh kasar.

Kenapa begitu? Karena seseorang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung menjadi "penabuh gong" memiliki sifat "tikus yang menyamar sebagai singa" dan hanya andal berdebat. Dengan alasan "walau ditipu ya jangan menonjok si penipu seperti buruh kasar saja, mana pendidikan tinggimu?"

Benar sekali kita tidak perlu menonjok penipu dan penabuh gong yang telah membodohi kita. Tetapi kita dapat menuntut mereka secara hukum (advokasi) dengan bantuan Serikat Dosen Indonesia (SDI), mari bersatu.

Dengan bersatu orang bodoh, penjilat dan penabuh gong dengan jumlah banyak dapat menjatuhkan kita. Maka dengan filosofi yang sama "orang cerdas bila bersatu padu dalam Serikat Dosen Indonesia juga mampu menjatuhkan penabuh gong yang berada di atas".

Ingat pepatah ini "Presiden takut dengan rakyat, hal ini terbukti saat reformasi", demikian juga "seorang penabuh yang menjabat dalam suatu lembaga pendidikan juga akan takut dengan dosen dan mahasiswa yang cerdas".

Mari kita dekonstruksi kata-kata yang sering digunakan untuk menghegemoni negatif dosen dan guru yaitu "Guru (dosen) adalah pahlawan tanpa tanda jasa" benarkah? Sehingga dengan kata-kata tersebut "melegalkan" mereka para 'penabuh gong" yang menduduki jabatan tinggi di suatu lembaga pendidikan menggunakan "pepatah tersebut" untuk menghasilkan keuntungan dan kepentingan ekonomi mereka sendiri lalu setelah 'orang andal" telah berprestasi lalu ditekan, dirampas haknya dan difitnah?

Saatnya berhenti "terhegemoni negatif" dengan pepatah tersebut dan memperjuangkan "hak" yang telah dirampas padahal 'kewajiban" telah diberikan. Mari bergabung di SDI, hati-hati ada kemungkinan Andalah "penabuh gong" itu atau mungkin teman dekat Anda, mari jadilah "singa" sesungguhnya.

SDI Pusat: https://www.facebook.com/groups/1386170501607347/
SDI Bali: https://www.facebook.com/groups/1615499585368264/
SDI Bandar Lampung: https://www.facebook.com/groups/693733790741346/

Kontak kami untuk membantu dosen andal lainnya di Seluruh Kota Indonesia dengan membuat SDI di kota Anda.

# Bosan jadi dosen? Salary kecil walaupun mengabdi puluhan tahun? Mau salary besar? Click di link berikut


Comments

Popular Posts